1-IRPAN-ILMI

Klik Info Ini...!

Full width home advertisement

irpan-ilmii

My Journey

Rise Your Hand

Post Page Advertisement [Top]

irpan-ilmii

 

Abad 8 sampai dengan ke-13 merupakan zaman keemasan Islam ((The Golden Ages of Islam). Setelah itu, masa keemasan Islam terporak porandakan. Hal itu dikarenakan krisis politik dan ekonomi di pusat-pusat kekuasaan Islam yang menghentikan tradisi keilmuan. Penguasa lebih fokus pada pemikiran fikih untuk mengontrol perilaku rakyatnya. Sedangkan para Ulama memilih mempelajari tasawuf untuk mendapatkan ketenangan hidup. Peristiwa Perang Salib membantu menghancurkan bangunan peradaban. Tradisi ilmiah beralih ke suasana perang.



Diperlukan Elemen-elemen fundamental dalam merekontruksi peradaban untuk mendulang keemasan Islam. Komaruddin Hidayat, mengutip Mozaffari, ahli politik kelahiran Iran dan merupakan pegajar di Universitas Aarhus Denmark, mengemukakan elemen-elemen tersebut adalah:

1.      Unsur-unsur masa lalu yang bersifat abadi dan kita dapat melacaknya kembali ke masa awal Islam dan ajaran dasarnya.

a.       Semangat tauhid, sikap pengabdian total kepada Allah Sang Pencipta. Kesadaran ini, jika ditafsirkan dengan baik, menjadi sumber energi abadi.

b.      Nilai kemanusiaan universal. Pesan universalisme Islam harus lantang. Inilah nilai yang membuat Islam dapat diterima oleh banyak kalangan karena bersifat inklusif dan menghargai harkat dan martabat manusia tanpa memandang latar belakang agama, suku dan budaya. Sejak awal abad, Islam menyebar melintasi batas-batas etnis dan wilayah, mendorong munculnya peradaban-peradaban baru di luar tradisi Arab.

c.       Eklektisisme dalam implementasi ajaran Islam. Islam mengajarkan umat Islam untuk terbuka pada hal-hal yang baik. Tentu saja, ini tidak berarti membuka pintu bagi sinkretisme aqidah, tetapi umat Islam menghargai peradaban baru yang mereka jumpai di mana-mana. Dalam konteks ini, terjadi proses dialektis-kreatif antara “Islamisasi nilai-nilai pribumi” dan “Indigenisasi nilai-nilai Islam”. Dengan kata lain, ada kontekstualisasi ajaran Islam. Dengan demikian, kehadiran Islam dipahami sebagai bagian dari solusi atas permasalahan kemanusiaan.

2.      Elemen kontekstual

Dalam situasi saat ini, seorang muslim tidak boleh terjebak dengan pendekatan reaktif seperti memadamkan api. Untuk melakukan ini, ada beberapa tujuan yang harus dipertimbangkan dengan cermat.

a.       Muslim harus merencanakan masa depan kolektif yang beragam. Keseragaman adalah utopia yang mengarah ke distopia. Agama dan budaya selalu dalam pluralitas. Keragaman bentuk ekspresi politik, budaya dan sektarian juga merupakan realitas di dunia Islam. Di sini semangat koeksistensi harus dikembangkan dengan mendukung prinsip-prinsip dasar Islam yang menekankan tauhid, kemanusiaan dan semangat membangun peradaban yang mulia sebagai wujud rahmatan lil'alamin.

b.      Umat ​​Islam juga harus aktif mengikuti perkembangan terkini, termasuk pengelolaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Revolusi senyap yang dipicu oleh berbagai teknologi modern seperti artificial intelligence, big data, internet of things dan biologi modern, yang melahirkan ilmu saraf, harus dikendalikan.

Mozaffari (1998), dalam bagian lain tulisannya, mengemukakan bahwa yang harus diperangi secara kolektif adalah Islam yang beradab berdampingan dengan peradaban dunia lainnya. Oleh karena itu, peradaban Islam harus mampu berkembang secara konsisten dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi peradaban dunia.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

JANGAN-KLIK